Datang seorang anak laki-laki usia 8 tahun ke Poli THT RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan sejak 5 hari yang lalu batuk pilek dengan hidung buntu dan demam menggigil, keluhan dirasakan semakin memberat, karena telinga kanan terasa nyeri dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit keluar cairan jernih encer tidak berbau disertai berdenging, tetapi demam menurun, pada kelenjar di leher penderita juga agak memberat dan nyeri tekan.
Sebelumnya penderita sering batuk pilek disertai nyeri waktu menelan yang kambuh-kambuhan, tetapi membaik setelah diberi obat dari Puskesmas. Setelah mendapat terapi dari dokter jaga di poli THT RSDM, kondisi pasien membaik, tetapi tidak pernah kontrol lagi, dikarenakan ketidakpedulian orang tua akan perkembangan penyakit anak tersebut. Baru 3 bulan kemudian penderita datang lagi dengan keluhan telinga kanan keluar cairan kuning kental dan berbau busuk, pendengaran menurun disertai kepala pusing.
Pemeriksaan telinga : didapat discharge purulen, hidung : discharge seromukous, konka hiperemi, tenggorokan : mukosa pharynx hiperemi, hasil pemeriksaan lab darah : lekositosis, eosinifilia, dan LED meningkat.
<!--[if gte mso 9]>
Dari keseluruhan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan yang dijelaskan dalam skenario kemungkinan pada pasien terjadi kelainan pada telinga, khususnya telinga tengah, yaitu otitis media.
Kemungkinan awalnya pasien terpajan infeksi dari luar, khususnya infeksi yang menyerang saluran pernafasan atas, hal ini berdasarkan munculnya gejala awal, yaitu batuk pilek dengan hidung buntu dan demam menggigil. Biasanya mikroorganisme yang menginfeksi anak-anak pada rentang usia 8 tahun seperti pada skenario adalah H. influenza, E. coli, S. anhemolyticus, P. vulgaris, P. aeruginosa. Kebanyakan penyebabnya adalah H. influenza.
Adanya infeksi mikroorganisme ini kemudian akan diikuti dengan reaksi inflamasi di dalam tubuh, dimana kita tahu pemicu reaksi iflamasi antara lain: terjadinya infeksi, pajanan dengan toksin, kerusakan sel, dll.
Dari tanda-tanda inflamasi yang muncul di awal perjalanan kasus, yaitu batuk pilek dan hidung buntu, semakin menguatkan bahwa infeksi awalnya masuk melalui saluran pernafasan atas.
Akibat reaksi inflamasi ini lah, maka sel-sel goblet di nasopharynx dan oropharynx (sebagai saluran nafas atas) mengalami hipersekresi mukus, sehingga menyebabkan banyak mukus di daerah ini.
Telah kita ketahui bersama, bahwa antara saluran nafas dan telinga dihubungkan oleh sebuah saluran. Yaitu Tuba auditiva eustachii , tuba ini menghubungkan nasopharynx dengan cavum tympani. Akibat adanya reaksi inflamasi yang menyebabkan meningkatnya jumlah mukus di saluran nafas atas, akan menyumbat tuba auditiva eustachii ini.
Tuba auditiva eustachii ini menjaga agar tekanan pada cavum tympani ini sama dengan nasopharynx. Namun karena saluran ini terbuntu maka akan terjadi perbedaan tekanan. Akibatnya, kelamaan akan terjadi transudasi dari pembuluh darah yang memvaskularisasinya. Akibatnya keluar cairan di dalam cavum tympani. Lama-lama cairan ini merembes keluar. Cairan ini jernih, encer dan tidak berbau, seperti yang terdapat pada skenario awal. Inilah yang disebut stadium oklusi.
Secara fisiologis, daerah cavum tympani harus steril, tuba auditiva eustachii ikut menjaga homeostasis tersebut, melalui pergerakan silia di dalamnya. Namun karena adanya ISPA ini, bisa menyebabkan tuba auditiva eustachii ini tersumbat sehingga tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Akibatnya, jika tidak dilakukan pengobatan yang adekuat maka mikroorganisme akan lebih mudah menginfeksi daerah cavum tymphani. Maka cairan yang keluar tidak lagi jernih, melainkan kuning kental dan berbau busuk. Inilan yang disebut stadium supurasi. Pada stadium ini hendaknya dicermati, jika perlu dilakukan myringotomi untuk mencegah membrana tymphani robek dengan sendiri, karena akan lebih sulit sembuh dan bisa menurunkan kemampuan mendengar. Jika sampai terjadi, seperti pada skenario, inilah yang disebut stadium perforasi.
Berdasarkan gejala, cairan yang keluar adalah cairan yang berwarna kuning kental dan berbau busuk. Menunjukkan pada pasien terjadi otitis media supuratif. Karena ini serangan pertama, belum pernah terjadi sebelumnya, maka tergolong akut. Sehingga pada pasien ini bisa digolongkan termasuk otitis media supuratif akut atau lebih biasa disebut otitis media akut.
Untuk terapinya menyesuaikan tingkat stadiumnya, jika seperti contoh skenario, maka ermasuk stadium perforasi, dan pengobatan yang diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5hari, serta antibiotika yang adekuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar