Karena banyak kegiatan yang menamakan diri sebagai tim bantuan medis.
Berbagai macam baksos sudah biasa kami lakukan, mulai dari baksos pengobatan, khitan juga bedah minor.
Dulu sewaktu masih di kota asal saya, sesekali saja saya mendengar kata baksos. Walaupun teman-teman kuliah saya banyak yang menceritakan kisah baksos mereka semasa SMA. Tapi tidak bagi saya, kata baksos hanya sebatas didengar dan dilihat dari berita-berita di telivisi ataupun di surat kabar.
Mungkin karena itulah, saya selalu menjadi bersemangat setiap kali ada acara baksos, saya bersedia menjadi yang direpotkan, walau sebenarnya saya bisa tidak menjadi repot. Saya menikmati setiap langkah itu, persiapannya, pelaksanaanya, follow up-nya, juga evaluasinya. Apapun hasilnya.
Awalnya saya fikir, itu karena alam bawah sadar saya merasa dekat dengan orang-orang yang membutuhkan. Karena memang sebelumnya saya tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk itu.
Sampai akhirnya kemarin, kami diminta untuk menjadi tenaga medis pada baksos yang diselenggarakan teman-teman dari FKIP.
Perjalanan yang ditempuh sangat jauh, dengan naik mobil kami harus menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk bisa sampai di lokasi. Dan itu medannya benar-benar tidak enak. Lokasi baksos kali ini benar-benar terpelosok. selama perjalanan jarang sekali berpapasan dengan motor, apalagi mobil. Waktu kami melewati segerombolan anak SD yang baru pulang sekolah (waktu itu hari Sabtu), mereka berebut menyentuh mobil kami. Padahal waktu itu kami hanya membawa mobil L300, samasekali bukan jenis mobil mewah. Sepanjang perjalanan saya memikirkan, berapa pasien yang akan mereka dapat ya sampai rela menempuh jarak sejauh ini.
Semakin mendekati lokasi, rumah penduduk memang masih banyak yang beralas tanah dan berdinding kayu. Kecuali rumah yang kami tempat kami, mungkin itu rumah Pak Bayan. Terlihat ramai, banyak nenek-nenek. Saya fikir akan banyak. Namun tidak sampai 3 jam baksos sudah berakhir. saya tanyakan kepada panitia berapa pasien yang datang, ternyata hanya 72 !
Memang bukan jumlah yang sedikit sekali ya. tapi untuk menempuh medan sejauh dan sesulit itu rasanya sangat sedikit kalau menurut pandangan saya. lalu saya tanya lagi "Kenapa milih lokasi di sini?", mereka menjawab "Karena daerah ini cukup terisolir mbak, balai desa terdekat saja masih beberapa kilo dari sini..bla bla bla" dan mereka pun menjelaskan dengan jawaban yang diplomatis yang tidak bisa saya rekam semua.
saya bukan orang birokrasi yang menyukai jawaban diplomatis, saya tidak bisa bicara serius, hanya bisa bercanda, dan menyukai setiap kegiatan baksos. Tapi jawaba dari panitia tadi seperti menampar hati nurani saya. Bukan dari kalimatnya, tapi dari tujuannya. dasar pemikirannya.
Mereka memang ingin mengadakan bakti sosial karena memang ingin menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Sedangkan kami, oh bukan, mungkin saya saja, apakah tujuan baksos saya selama ini seperti itu?
Masih sangat segar dalam ingatannya, sebuah kalimat dari seorang senior saya dulu "Jauhnya lokasi baksos yang kalian pilih harus sebanding dengan jumlah pasien yang akan kalian dapatkan" dan masih teringat betapa kecewanya kami ketika pernah suatu ketika kami mengadakan baksos dengan pasien yang sedikit.
yah, semoga bisa menjadi pembelajaran dan pengingat bagi saya dan teman-teman yang lain, bahwa baksos memang seharusnya untuk suatu kepedulian sosial. Jika memang dari baksos itu nanti kita bisa mendapat tambahan ilmu itu adalah keuntungan yang bisa kita dapatkan.
Dokter,seharusnya mengharapkan banyak orang menjadi sehat. Bukan memenuhi ambisinya unntuk mengamalkan ilmu yang didapatkan. Itu tujuan awalnya kan? :)
nb:setelah baksos panitia mengajak jalan-jalan juga, baru kali ini ada rekreasi sesudah baksos :p
*di museum sangiran, baru pertama ini ke sana*
*ini asrie...coba tebak yg mana :p*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar