1 Aku dan Rando, berteman baik sampai saat ini
,satu sekolah sejak SMP,SMA, dan mulai mengenal sejak SD.Aku sering merasa cuma
aku yang mengenal Rando, semuanya dari luar sampai dalam. Begitu pula dia.
2.
Dulu, sebelum dia menemukanku, aku hanyalah
gadis arogan yang tak tahu bagaimana cara berkawan.Tapi dia selalu mengucapkan
“Kamu nggak akan sanggup menjalaninya sendiri”. Dan terus menemaniku, apapun
keadaanku.
3.
Semakin bertumbuh, semakin dewasa, takdir
rupanya masih enggan memisahkan persahabatan kami. Menginjak remaja kami saling
menguatkan satu sama lain. Kadang kita terlalu sama, kadang kita tampak terlalu
berbeda.
4.
Kadang kami terlalu berbeda. Rando sangat
rupawan, rasanya cukup dia berjalan semua wanita akan jatuh cinta. Dia cukup pandai
menempatkan diri, dia punya banyak kawan, dia bisa bercanda dan tertwa dengan
siapa saja. Dia bisa membuat mungkin hampir semua orang menyukainya. Sedangkan
aku, cukup susah bergaul dengan orang lain, setiap kali aku mencoba bercanda
dengan orang-orang, hanya sedikit yang bisa memahami dan tertawa bersamaku.
Namun, lagi-lagi dia menyelamatkanku. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa
selalu tertawa dengan segala leluconku. Walau aku tahu, terkadang dia tidak
paham dengan apa yang aku bicarakan. Tapi dia selalu tertawa. Tertawa dengan
kencang. Ah, Rando yang baik.
5.
Tetapi kadang kami juga terlalu sama. Keluarga
kami sama-sama mengalami masa-masa sulit saat itu. Ya, Ayah kami sama-sama
mengalami tuduhan kasus korupsi di kantor. Bagi remaja yang baru tumbuh, itu
merupakan saat sulit. Beruntung kami bersama, saling menguatkan. Ketika merasa
tak sanggup bertemu kawan-kawan di sekolah ada seorang sahabat yang berjalan di
sampingmu. Ketika tak sanggup mengangkat kepalamu ketika berjalan di lapangan
basket di tengah halaman sekolah, ada seseorang yang berjalan di sampingmu
dengan tegap. Ketika tak ada seorang anakpun yang mau menunggu bus sekolah
bersamamu, ada seseorang yang mau menunggu di sebelahmu sekalipun dia membawa
sepeda. Tidak pernah ada yang lebih baik dari itu.
6.
Kisah cinta kami juga sama. Walaupun dia
rupawan, tapi untuk masalah percintaan dia juga kurang beruntung, dan aku rasa
tidak banyak yang tahu, bahkan tak banyak yang menduganya. Rando sangat
menyukai teman SD-nya, anak komplek kami juga namanya Dira. Dira cantik, pintar
dan menarik. Nampaknya Dira juga menyukai Rando, tapi rupanya Rando terlalu
lama berfikir dan Dira terlalu lama menanti. Akhirnya Dira pacaran sama kakak
tingkat kami, Kak Adon. Rando yang tampak tegar di luar, ternyata tak sekuat
itu. Dia tetap menunggu Dira, sekalipun Dira sekalipun tak pernah terlihat
rebut dengan Kak Adon.
7.
Sedangkan aku, sudah bisa ditebak dengan cara bergaul
seperti dulu, tak banyak lelaki yang bisa dekat denganku. Rando adalah
satu-satunya lelaki yang bisa dekat denganku. Tentu saja tak bisa dipungkiri
aku jatuh hati pada Rando. Sementara Rando setiap hari setiap saat selalu
membicarakan Dira. Dan aku, sebagai sahabat yang tahu betul Rando tentu hanya
bisa memberikan dukungan dan berdoa semoga dia bisa berjodoh dengan Dira.
8.
Saat Rando bertanya adakah orang yang aku suka,
tentu sangat bodoh jika aku bilang tidak ada di masa SMA seperti itu. Rando
tentu curiga dan menganggap aku tidak jujur, tapi kalau aku jujur itu lebih
tidak mungkin. Lalu aku sebut saja nama seorang teman kami, Artha yang dulu
sedang santer digosipkan teman-teman dengan aku.
9.
Itulah kisah cinta kami masing-masing waktu SMA.
Kami saling menguatkan satu sama lain untuk tetap bertahan dengan keyakinan
masing-masing, bahwa kebahagiaan akan datang nanti. Bahwa orang yang kami
cintai akan datang kepada kami.
10. Dan akhirnya kami melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda. Dia masuk arsitektur di bandung, dan aku masuk kedokteran di Jogja. Pertemanan sudah tidak seintens dulu, tapi kami selalu menyempatkan bertemu tiap liburan semester. Yah, sekarang kami hanya bertemu setahun dua kali.
10. Dan akhirnya kami melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda. Dia masuk arsitektur di bandung, dan aku masuk kedokteran di Jogja. Pertemanan sudah tidak seintens dulu, tapi kami selalu menyempatkan bertemu tiap liburan semester. Yah, sekarang kami hanya bertemu setahun dua kali.
11.
Sampai kuliah berjalan 1 tahun, akhirnya untuk pertama
kalinya Rando jadian dengan teman seangkatannya di Bandung. Lega, akhirnya dia
merelakan Dira dan menyerah dengan kenyataan. Tapi sedikit sakit, bahwa
akhirnya aku juga harus mengalah dengan kenyataan.
12.
Sekarang, Rando dengan Ista, ceweknya itu udah
jalan dua tahun. Rando sudah pernah mengajak Ista ke rumah mengenalkannya pada
aku, sahabatnya, beitu dia menyebutku. Dan waktu berjalan begitu saja, aku
dengan duniaku dia dengan dunianya. Sesekali kamu bertemu dan saling
berbincang.
13.
Sampai akhirnya hari itu, hari ulang tahuhku, 5
Mei. Keluar dari fotokopian di area kampus, aku melihat sosok mirip Rando. Semakin
mendekat, dia lantas menyerangku dengan gerakan-gerakan bela diri yang sempat
aku ketahui dulu waktu SMA. Sambil tersenyum, aku hanya bisa melakukan gerakan defensif,
sampai akhirnya tanganku terpiting ke belakang dan dia meletakkan sesuatu
seperti tangkai bunga di tanganku sambil berkata “Happi birthday Kani”. Rasanya
air mata udah mulai menetes waktu itu, ya itulah hal paling manis yang bisa
diberi Rando untuk aku. “eh, ada kejutan lagi Kan” tak lama setelah itu Ista, ceweknya, datang
dan membawa kue ulang tahun yang cantik. Agak sedikit sakit di dada waktu itu. Setelah
berbincang-bincang sebentar mereka pamit, karena memang harus segera balik ke
Bandung.
14.
Di tempat kuliah ini aku punya sahabat baru,
tapi kali ini cewek, namanya Sirda. Sirda tau semua mengenai Rando. Tapi sayang
tadi belum sempat aku kenalin dengan Rando. Dia mendekatiku dan bertanya “kamu
bisa beladiri juga? Kok nggak pernah cerita? Itu tadi Rando?” awalnya aku cuma tersenyum,
sambil mengingat masa lalu, kuceritakan beberapa hal yang belum sempat aku
ceritakan pada Sirda.
15.
Rando adalah atlet beladiri sewaktu SMA. Dalam
satu minggu dia bisa latihan 3-4 kali di sore hari. Aku sering datang
menemaninya,atau sekedar melihatnya. Dari situ aku mulai hafal gerakan dasar yang
paling sering dilakukan rando. Bertahun-tahun melihat dia melakukan gerakan
yang sama aku ikut menemukan gerakan pertahanan jika aku berdiri sebagai musuh
Rando. Rando menyadari itu dan dia mulai sedikit mengajariku, tentang teknik
pertahanan. Orang yang melihat mungkin mengira aku bisa beladiri, padahal aku
hanya menghafal gerakan Rando dan mengantisipasi setiap gerakan tersebut. Jika orang
lain yang berhadapan denganku dan menyerangku, tentu aku tidak bisa melakukan gerakan apapun
selain jadi babak belur.
16.
Itulah yang selalu aku kenang sampai saat ini,
bagaiman cinta bisa membuat kita menjadi lebih baik, mempelajari lebih banyak
dan lebih baik. Itu pula lah yang aku yakini selama ini, mencintai tidak selalu
menyakitkan. Mencintai itu menguatkan. Sekalipun kita tidak selalu
mendapatkannya.
J
*cerita fiksi belaka, jika ada kesamaan tanpa ada unsur kesengajaan, dibuat untuk ikutan blog posting #cumanaksirunite @hurufkecil *
J
*cerita fiksi belaka, jika ada kesamaan tanpa ada unsur kesengajaan, dibuat untuk ikutan blog posting #cumanaksirunite @hurufkecil *
yen,aku de javu ama kisah ini., sumpah. umm.. jaid berasa inget sesuatu :p
BalasHapushaha..sssst :P
BalasHapus