waiting for the bus

Tulisan ini dari temannya teman saya, yang mana temannya teman saya itu mengkopi tulisan temannya. Nah, bingung kan? Saya juga bingung, hehe. Yang jelas, dibaca saja dulu, ini tulisan yang sangat bagus. Dari teman dari temannya teman saya dengan sedikit penyesuaian dari saya.

Menunggu bus,

Cinta itu seperti menunggu bus

Ketika bus pertama datang, dan bus itu ternyata penuh sesak oleh penumpang. Maka kita mengurungkan niat untuk naik bus tersebut. Yah, daripada tidak dapat duduk dan berdiri sepanjang jalan lebih baik menunggu bus yang selanjutnya.

Kemudian bus kedua datang, ternyata busnya jelek. Berkarat, asap dari knalpotnya hitam pula. Kembali kita mengurungkan niat menaiki bus itu. Ah, bus jelek seperti itu paling jalannya lambat, malah gak sampai-sampai mending nunggu yang selanjutnya deh.

Bus ketiga datang. Masih bagus, ber-AC, dan sepertinya bisa melaju kencang. Kita bersiap naik, tapi sayang bus itu tidak ke arah yang kita tuju.
Sadar telah membuang banyak waktu, kita mulai panik. Dan merasa bus apapun yang datang ‘aku harus dapat’.

Haha,sedikit cerita dari sebuah penantian. Sudah bisa menangkap maksudnya kan?
Cinta itu seperti menunggu bus, kita menunggu yang terbaik dan sesuai dengan keinginan kita. Tapi tidak semua keinginan kita bisa terpenuhi kan? Dan ketika kita sadar telah menghabiskan banyak waktu kita mulai panik.

Yah, tidak salah punya ‘kriteria’ untuk sang ‘calon’ tapi tidak ada salahnya membuka kesempatan kepada ‘bus’ manapun yang datang, asalkan masih tetap ‘satu tujuan’. Jika nanti di tengah perjalanan merasa tidak mungkin melanjutkan perjalana bersama ‘bus’ tersebut, kita cukup berteriak ‘kiri’ dan kita bisa ‘turun’ dari bus dengan sopan.
*terima kasih sangat kepada sang penulis asli sedikit tulisan inspiratif ini, tidak pernah terbayangkan analogi seunik dan sarat makna ini^^