Cinta mungkin mengalah. Cinta mungkin merelakan. Cinta mungkin tentang tertawa. Namun cinta sejati adalah mengalami.
Coba tengok ke belakang, apa yang bisa kau temukan? Berapa banyak kenangan nyata yang pernah kau punya? Bahkan menghitungnya saja kau tak sanggup.
Cinta bukanlah khayalan seorang diri. Cinta bukan harapan seorang diri. Cinta bukanlah mengalah seorang diri. Menulis berbait-bait kata tanpa pernah tahu siapa tujuannya bukanlah cinta.
Kita seperti kafilah yang tersesat dalam perjalanan yang dibuatnya sendiri. Membawa kompas tapi enggan untuk saling mencocokkan. Membawa peta namun enggan untuk saling menyamakan. Selalu berharap ada angin gurun atas nama takdir akan mempertemukan. Hei! Ada berapa angin gurun di padang seluas ini? Dan pada akhirnya saling menyalahkan takdir atas ego yang menjebak jiwa pada hati yang sempit.
PS: memenggal diksi di sana sini dari salah satu prosa dewi lestari surat yang tak pernah sampai dalam kumpulan prosa filisofi kopi
Aku juga suka sama prosa satu ini yenche!!!
BalasHapusswit tajam dan sembab ya fen hahaha
BalasHapus