Banyak orang suka hujan, katanya hujan itu romantis, hujan itu menenangkan pikiran, hujan itu bikin damai, ato apalah.
Tapi tidak untukku, hujan memang bikin basah, hujan bikin banjir, hujan bikin aktifitas terhenti, hujan bikin jemuran basah, hujan memang bikin motor kotor. Tapi tidak, bukan itu.
Hujan selalu membawa kesedihan. Di saat orang merasakan rasa damai yang dibawa hujan, aku merasakan sepi dan dingin. Bukan dingin biasa, tapi dingin di hati. Dingin di hati? Jadi inget omongan kakak kelasku waktu SMA dulu, katanya aku adalah cewek berhati dingin. Haha, tapi sayang aku nggak pernah ambil pusing sama omongan kamu, kak..
Kembali ke hujan, aku nggak tahu kenapa bisa nggak suka sama hujan. Nggak pernah ada pengalaman ironi bersama hujan. Pengalaman-pengalaman ironiku datang di saat hari sedang cerah. Tapi entahlah.
Tak masalah jika aku kehujanan di jalan, tak masalah jika aku harus basah, tak masalah, sungguh. Tapi sungguh tersiksa ketika hujan datang saat aku sendiri di rumah, saat aku sendiri di kos, saat aku mendengarkan kuliah.
Saat itu, semua aktifitas terhenti, jadwal yang padat seolah jadi kosong, pikiran yang terorganisir demi mengejar waktu jadi kosong. Di saat itu lah aku tersiksa.
Karena di saat itu aku rindu. Rindu pada bapak dan ibuku. Mereka yang tak pernah marah, bahkan jarang berbincang padaku, namun ada di sampingku. Rindu pada kakakku, yang diam. Rindu pada teman-teman yang selalu bisa buat aku ceria. Dan rindu sama kamu.
Satu-satunya yang pernah aku suka, sampai 20 tahun ini. Hash! Apalah, kalo nglamun jadi keinget lagi. Berharap, suatu saat kamu datang, suatu saat kamu muncul di kota ini, dengan tersenyum.
Haha! Dasar hujan! Bikin pikiran kosong…bikin nglamun…bikin mikirin kamu…
Persiapan Melahirkan Per-Vaginam dan C-Section Saat Pandemi
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar